Sekitar pukul 12 malam, Mas Febri salah satu tour guide kami, mengetuk pintu kamar kami. Jadwalnya sih jam 1 kami berangkat, tapi tahu sendiri kan kalo wanita-wanita tuh suka agak lama persiapannya ahahaha.
Tepat jam 1 dini hari kami siap berangkat dari guest house. Awalnya kami pikir kami akan naik mobil Innova sampai ke rest area di dekat Bromo baru nanti di sana berganti naik jeep. Ternyata tidak. Sejak dari guest house kami sudah diangkut dengan hardtop. Wiiiii seru nih pasti. Jalan-jalan di Malang pakai mobil beginian ahahaha *norak*
Driver hardtop kami namanya Mas Ahmad. And he is so kind and humble. Ah, terharu deh kalo ketemu orang-orang baik kayak gini. Bisa dengan mudahnya sharing cerita pengalaman-pengalaman dia selama jadi driver. Jadinya kan nggak kaku gitu. Oh iya, kalo kata Mas Rissen, bakal lebih murah kalo naik hardtop / jeep dari awal. Tapi emang sih harus punya kenalan di rest areanya. Soalnya kalo nggak ada kenalan, bakal dipersulit sama “penguasa” di sana. Yaiyalah, kan jadi mengurangi penghasilan mereka lewat penyewaab jeep ehehehe.
Perjalanan ke Bromo menempuh waktu kurang lebih 2 jam ++. Dan berhubung saya pelor (kebangetan emang), saya tidur dengan posisi duduk menyamping kayak di angkutan kota dan kondisi jalan yg parah rusaknya. Teman-teman saya saja heran, kok bisa saya tidur senyenyak itu ahahaha. Hanya pacar saya saja yg nggak heran. Karena dia sudah hapal dan “memaklumi” kepeloran saya ini :p
Ada dua rest area yg kami lewati. Rest area pertama adalah tempat jeep parkir dan menunggu calon penumpangnya. Rest area kedua tempat kami mengisi perut dan menghangatkan badan sebelum sampai ke penanjakan. Karena di rest area pertama numpang lewat doang, jadi nggak ada fotonya deh. Tapi kalo yg di rest area kedua, kami semua turun untuk sekedar ngemil atau pesen minuman hangat.
Dari rest area kedua ini katanya tinggal 15 menit lagi. Ternyata lebih dari 1 jam sampai ke penanjakan. Okay fine Mas Ahmad, aku ngambek ahahaha. Untungnya udah sempet minum teh dan icip-icip mie instan jadi ya nggak rewel-rewel banget kami ini nempuh perjalanan 1 jam lagi. Jangan ngambek dan rewel dulu sih harusnya, karena sesampainya di sana bakal disuguhi pemandangan yg Subhanalloh :’)
Hardtop kami parkir di penanjakan 1. Astri dan Desi berhenti sampai di sini saja, karena Astri masih recovery dari sakitnya dan Desi sedang hamil 4 bulan, jadi kedua wanita ini nggak boleh capek. Alhasil, saya jadi wonder woman bersama dengan pria F4 untuk naik sampai ke penanjakan 2. Untungnya masih suka yoga seminggu sekali, jadi nggak terlalu berat untuk nanjak ke atas. Yg bikin berat justru saat saya harus mulai pakai jaket. Iya, hawanya makin dingin. Harus pake jaket dan jadi kebelet pipis juga. Ada toilet nggak gratis di situ, lumayan juga bayarnya, 5000 sist :s
Dan inilah penampakan sunrise yg agak tertutup mendung:
Setelah puas menikmati pemandangan dari penanjakan 1 ataupun 2, selanjutnya kami menuju padang savana. Kalau dari foto terakhir, itu lho yg hamparan luas di background kami. Gunung yg terlihat itu namanya Gunung Batok. Bagus yaaa
Selain padang savana, kalau memang masih kuat nanjak-nanjak, bisa lho menghampiri kawah Bromo. Untuk sampai ke sana harus menaiki kurang lebih 200 anak tangga. Awalnya saya sendiri nih dengan egoisnya meninggalkan teman-teman yg memang tidak berminat untuk menghampiri kawah Bromo. Tapi baru sampai setengah jalan sudah menyerah ahahaha. Sebenarnya ada penyewaan kuda dengan harga 50 ribu. Diantar sampai ke anak tangga paling bawah. Lumayan mengirit tenaga, tapi kok rasanya kurang gentle gitu. Semoga lain kali saya bisa sampai ke atas sana tanpa naik kuda ya.
Dasar kami ini tidak tahan sama kamera, bukannya memuaskan hasrat menikmati pemandangan di alam sekitar, malah sibuk foto-foto ehehehe.
Bukit Teletubbies jadi tujuan kami selanjutnya. Sebelumnya belum pernah browsing nih Bukit Teletubbies seperti apa bentuknya. Dan subhanalloh ! Tempat ini bagus bangeeett… Keluar dari hardtop disambut dengan jernihnya udara yg kami hirup dan sunyinya suara tapi yg ada hanyalah kedamaian hati *ceileh* Langsung kepikiran kalau di hari tua nanti inginnya tinggal di tempat semacam ini. Jauh dari hiruk-pikuk kota yg sangat bersahabat dengan kebisingan itu *sigh*
Bukit Teletubbies jadi tempat terakhir kami berwisata di Bromo. Paket tur yg kami ambil memang hanya untuk di Bromo saja. Harga paketnya 450 ribu termasuk homestay tadi. Buat kami harganya masih wajar. Kalau ada yg berminat, bisa nanti tanya ke saya ya untuk PIC-nya 😀
Kami kembali ke homestay dengan keadaan lapar dan kucel *lapar melulu*. Sehabis check-out dari homestay kami akan pindah ke penginapan lain yg bukan termasuk ke dalam paket.
Berhubung lapar sekali, kita akhirnya berhenti dulu di salah satu rumah makan pinggir jalan. Memang sengaja mencari makanan berkuah (selain bakso) biar agak menyegarkan badan dan pikiran *halah*. Selain soto ayam dan daging, rumah makan ini juga menjual tahu tek-tek. Endeeess
Penginapan kami berlokasi di Batu. Namanya Kampung Lumbung Boutique Hotel. Setelah masuk, langsung check-in di receptionist yg tidak jauh dari gerbang masuk. Kami melakukan pemesanan untuk penginapan ini di agoda.com. Kami memesan 2 kamar tipe deluxe dengan tambahan 1 extra bed di salah satu kamar (kami bertujuh). Tiap kamar diisi dengan 1 double bed dan 1 single bed. Ukuran kamar seperti yg diinfokan di situs agoda 36 m2, seperti satu ukuran apartemen tipe studio. Untuk kami bertiga ini cukup besar. Dilengkapi dengan fasilitas lemari es dan TV juga. Non-AC sih tapi memang tidak diperlukan. Udah dingin cuy. Yg menyenangkan lagi, perlengkapan mandi yg diberikan seperti sabun cair dan shampoo lebih dari cukup untuk hanya booking 1 malam. Namun, ada satu yg failed. Mereka tidak menyediakan pesawat telepon. Jadi kalau ada apa-apa harus langsung ke receptionist di depan. Agak menyusahkan ya. Saya sih sudah kasih review lewat agoda dan juga complaint langsung ke hotelnya, semoga ya ada perbaikan. Karena overall hotel ini homey banget. Mana ada swimming pool-nya hmmm…
Kami istirahat sebentar buat meluruskan badan yg agak geser setelah dikocok-kocok sepanjang perjalanan PP Malang-Bromo-Malang ahahaha. Selepas maghrib kami janjian sama Mas Rissen untuk menuju Batu Night Spectacular. Tapi ternyata saat keluar kamar hujan deras datang huhuhu. Akhirnya kami batalkan rencana kami ke BNS dan diganti saja untuk wiskul.
Hasil diskusi, kami ingin makan malam kali ini di Bebek Sinjay, tapi karena Mas Rissen salah paham jadinya malah diajak ke Museum Resto Inggil. Ya sudah lah, ke Bebek Sinjay-nya bisa besok lagi saat menuju Surabaya ehehehe.
Tempat makan ini ternyata nggak mengecewakan. Terima kasih lho Mas Rissen mengantarkan kami ke tempat-tempat enak *buang timbangan* 😀
Menjelang selesai makan, atas rekomendasi teman, kami memutuskan untuk menuju Pos Ketan Legenda yg berlokasi di Alun-Alun Batu. Udah kebayang nih pasti bakal menjadi dessert yg sempurna, secara saya ini penggemar ketan *ngiler*. Tapi keinginan hanyalah keinginan, antriannya nggak nguatin dan kami pun belum benar-benar fit buat jalan-jalan. Ngantuknya nggak nahaaann… Tapi tetep disempetin makan duren 3 biji dulu ke arah jalan pulang ahahaha.
Esok harinya kami akan check-out dan berakhirlah petualangan kami di Malang-Bromo-Batu. Lalu, bagaimana ke-sok heboh-an kami di Surabaya. Lanjut di postingan selanjutnya yaaa 😉